Rabu, Maret 04, 2009

Cermati, Maknai, Sikapi dan Renungi

Dalam mengarungi hidup dan kehidupan di negeri ini kita semua Para Honorer Tata Usaha Sekolah di Seluruh Indonesia kita harus menyikapinya dengan Tabah, Sabar, Lapang dada, serta Pasrah terhadap perlakuan diskriminatif dan ketidakadilan kepada kita semua para Tenaga Honorer Tata Usaha Sekolah Negeri Seluruh Indonesia.

Semoga kita selalu waspada, berhati-hati dan tak terjerumus pada janji-janji para politisi yang belum tentu menepati janji dengan segala cara dan upayanya dalam strategis mengahdapi pemilu 2009, cermati, maknai, sikapi dan renungkan . Saudaraku Tenaga Honorer TU Sekolah Negeri Seluruh Indonesia janganlah kita terlalu berharap banyak pada penguasa/pemerintah negeri ini, karena mereka sudah tak mau pedulikan nasib kita, mereka sibuk dengan kepentingannya masing-masing baik itu pribadi atau kelompoknya dan mereka telah menutup mata dan hati terhadap keberadaan kita seolah mereka telah buta dan tuli serta tak mau peduli.

Ini bukan berarti kita frustasi terhadap segala cara dan upaya yang kita telah tempuh dalam memperjuangkan keadilan terhadap kita di negeri ini, walaupun memang itu semua tak membuahkan dan menghasilkan apa-apa, tapi kita telah melakukan kewajiban dan berbuat untuk memperjuangkan apa yang seharusnya kita lakukan sebagai cerminan hak dan kewajiban kita.

Teruslah berkarya dengan tekad dan niat/kewajiban ibadah dalam mencari penghidupan yang halal walaupun penghasilan dari pekerjaan tak mencukupi untuk menutupi kebutuhan hidup dijaman seperti sekarang ini.

Walaupun di negeri ini kita tak bisa rasakan keadilan ini semoga kelak diakhirat nanti kita akan menikmati buah yang manis terhadap apa yang kita perbuat, serta bisa merasakan keadilan yang setimpal atas perjuangan serta pengorbanan kita, aminn.

Allah Maha Segalanya, rizki/kebahagiaan/kesengsaraan/kematian serahkan semuanya hanya pada Allah SWT disanalah kita akan mendapatkan Kedamain dan Ketentraman serta Kebahagiaan Hidup.

1 komentar:

Silahkan isi komentar anda

Kemerdekaan

Segenap rakyat Indonesia pada tanggal 17 Agustus 2007 ini turut serta merayakan dan mengikuti peringatan HUT RI ke 62, sebagai perwujudan nyata dalam mengisi kemerdekaan bagi bangsa ini. Di kota Rangkasbitung Kabupaten Lebak Upacara Detik-detik peringatan Proklamasi 17 Agustus 1945 pada tahun 2007 ini berlangsung hikmat dan semarak, untuk mengenang kembali perjuangan para pahlawan yang telah mengorbankan segenap jiwa dan raga demi kemerdekaan Negara Republik Indonesia yang kita cita-citakan bersama.

Tapi apakah bangsa ini telah benar-benar MERDEKA dalam arti yang sebenar-benarnya Merdeka?. Merdeka dari segala bentuk Penindasan, Kesengsaraan, Kemiskinan, Kebodohan, serta Kezholiman. Tapi mengapa sekarang Korupsi, Kolusi serta Nepotisme telah membudaya dan mengakar dalam hidup dan kehidupan bangsa ini.

Mari kita merenung bersama untuk kembali mengenang cita-cita para pejuang bangsa ini, yang telah mengorbankan seluruh jiwa dan raga demi tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Jangan kau hianati dan nodai hasil perjuangan mereka yang telah berkorban untuk bangsa ini, demi kemerdekaan yang seutuhnya milik segenap rakyat Indonesia untuk menuju masyarakat Indonesia yang adil dan sejahtera, tapi bukan milik segelintir para elit politik, penguasa, kelompok, kerabat dan keluarga, serta terbebas dari segala bentuk dan wujud penjajahan.

Mari kita renungi mengapa segala musibah, cobaan, dan malapetak selalu datang silih berganti, menimpah bangsa ini. Rakyat kecil tak berdosa harus turut juga merasakan cobaan dan penderitaan ini.

Tuhan mungkin memberikan cobaan dan takdir ini, sebagai peringatan agar bangsa ini terbangun dari mimpi gelapnya untuk segera tersadar dan memperbaiki diri dari segala bentuk kezholiman yang terjadi di bumi tercinta ini. Aminn.

Perlakuan Diskriminatif Pemerintah

Pemerintah telah bersikap diskriminatif. Dengan pemberlakuan PP Nomor 48 Tahun 2005 jelas sebuah diskriminasi. Kami yang selama ini mengabdi menjadi Tenaga Administrasi Pegawai Tata Usaha di Sekolah Negeri ternyata tidak pernah dianggap keberadaanya. Buktinya pengabdian kami dibedakan dengan honorer guru GBS TKK APBN/APBD padahal sama-sama mengabdi di pendidikan dalam instansi pemerintah. Hanya dengan selembar kertas nasib kami dibedakan yaitu SK Honorer TKS dan Honorer TKK, seolah pengabdian kami tak memiliki nilai dan makna  apa-apa padahal kami turut memberi andil dalam mencerdaskan bangsa dan sama-sama memiliki beban moral demi kemajuan pendidikan di Indonesia. Yang sangat kami sesalkan mengapa Depdiknas juga seolah menutup mata akan keberadaan kami lantas hasil kerja yang selama itu kami laksanakan sebagai bentuk pengabdian demi kemajuan pendidikan di Indonesia dianggap tak memiliki nilai dan tak berarti apa-apa, mengapa kami diperlakukan seperti itu, mengapa Pemerintah dan Depdiknas tak mau ikut peduli memperjuangkan nasib kami padahal segenap kemampuan dan waktu kami telah korbankan. 
Bukankah ini Departemen yang membidangi KEPENDIDIKAN dan BERPENDIDIKAN tunjukan itu, juga bentuk kepedulia serta perjuanganya pada kami, agar nasib kami pegawai Honorer Tata Usaha ada perbaikan, kejelasan dan kepastian.

Diskriminasi dan ketidak adilan

Hari ini Di Kabupaten Lebak Tenaga Honorer TKK yang dibiayai APBN/APBD bersuka cita karna mereka berhasil lulus sebagai CPNS sebab nama2 mereka telah masuk dalam Data Base BKN sebagai jaminan kepastian pengangkatan CPNS dan telah terjaring dan memenuhi syarat PP.48 Thn.2005, dengan masa kerja dan usia jauh lebih muda dari yang aku miliki. Ibarat Siluman sepertinya keberadaan ku sebagai tenaga honorer itu Ada Tapi Tak Nampak. Jangankan suatu kepastian, diakui sebagai Tenaga Honorer saja tidak, apalagi aku bisa terdaftar dalam data Base BKN, peningkatan kesejahteraan dan perbaikan nasib itu hanya mimpi mustahil terwujud. Tapi dibalik itu aku sadar mungkin itu sudah takdirku yang harus ku jalani.
Semoga aku diberi ketabahan dalam menjalani hidup dan kehidupan aminn.